Manajemen Laba Akrual

SUDUT EKONOMI | Istilah earnings management atau manajemen laba merupakan istilah yang sudah biasa didengar, baik oleh praktisi maupun akademisi dari akuntansi dan manajemen. Terdapat beberapa istilah umum yang sering digunakan oleh para praktisi dan kalangan bisnis mengenai manajemen laba, antara lain creative accounting practices, income smoothing, income manipulation, agressive accounting, financial number game, dan masih banyak istilah lainnya yang dapat digunakan secara bergantian yang kadarnya mulai dari tingkatan sopan sampai pada tingkatan kotor dan membahayakan publik.

Scott (2003:369) menyatakan bahwa “Earnings management is the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective”. Manajemen laba adalah pilihan atas kebijakan akuntansi yang dilakukan manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. 

Sulistiawan, et. al. (2012:18) menyatakan bahwa creative accounting dan earning management (manajemen laba) adalah dua istilah yang dianggap merupakan satu jenis aktivitas yang sama. Creative accounting adalah aktivitas badan usaha memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan (Sulistiawan, et al.,2011:19).

Manfaat manajemen laba tergantung dari tujuan digunakannya apakah untuk mencapai hubungan kontrak tepat guna (efficient contracting) atau untuk tujuan menggunakan kesempatan (opportunistic) (Scott, 2003:385). Apabila manajemen laba digunakan untuk tujuan efficient contracting, maka dapat dikatakan manajemen laba adalah sesuatu hal yang baik. Sebaliknya, apabila digunakan untuk tujuan opportunistic maka manajemen laba dapat dikatakan buruk. 

Dari beberapa pengertian manajemen laba di atas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen laba merupakan pengambilan keputusan manajemen terkait laporan keuangan perusahaan. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh manajemen untuk mempengaruhi pelaporan keuangan.

Teknik manajemen laba sangat beragam. Mulai dari teknik legal yang diperbolehkan dalam SAK sampai teknik illegal yang bertentangan dan tidak diperbolehkan dalam SAK. Salah satunya adalah manajemen laba akrual. Manajemen laba akrual ditunjukkan dengan adanya discretionary accrual.

Penelitian yang menganalisis manajemen laba dengan melihat adanya discretionary accrual adalah Hayn (1995) yang menyatakan bahwa manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen pada saat perusahaan tersebut masih bertumbuh, bahkan dilakukan juga pada saat laba perusahaan jatuh mendekati poin nol. Degeorge et al. (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang growth melaporkan laba yang meningkat untuk mencapai ramalan laba para analis. Dengan berbagai cara, para manajer mempengaruhi peramalan analis untuk mengelola laba agar tepat dengan peramalan.

Selain itu, Myers dan Skinner (2000) menyatakan bahwa manajemen laba dalam perusahaan yang growth belum kuat karena sulit memisahkan manajemen laba dari suatu kebijakan akuntansi yang sah pada perusahaan yang growth. Deteksi manajemen laba menggunakan model Jones yang dimodifikasi karena menurut Dechow et al. (1995), model tersebut lebih mampu mendeteksi manajemen laba dibandingkan model yang lain.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel