Wirausaha
Rabu, 08 Februari 2017
SUDUT EKONOMI | Menurut Suryana (2003)
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Menurut Asri Laksmi Riani (2005)
kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Menurut Eddy Soeryanto Soegoto
(2009) kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberikan
manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Menurut John Kao (1991) dalam
Sudjana (2004) menyebutkan bahwa Kewirausahaan adalah sikap dan
perilaku wirausahaan. Menurut Lupioyadi (2004) yang dimaksud dengan
wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu mewujudkannya untuk
peningkatan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungannya. Menurut Carol Noore yang dikutip
oleh Bygrave (1996) menyatakan proses wirausaha diawali dengan adanya
inovasi.
Melalui proses kreatif dan
inovatif wiraswasta dapat menciptakan sebuah karya yang dapat memiliki nilai jual,
nilai ekonomis yang dapat berguna bagi pembuat ataupun pemakainya. Enterpreneur
yang unggul dan yang mampu menciptakan kreatifitas dan inovasi sebagai
dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memilki karakteristik
atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman
dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat wirausahaan (Zimmerer dan
Scarborough,1998: Kuratko dan Hoodgets, 2007) sebagai berikut:
1. Desire for
responsibility
Wirausahaan yang unggul merasa
bertanggung jawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka
lebih dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan
sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita.
Wirausahaan yang berhasil jangka
panjang haruslah memiliki tanggung jawab atas usaha yang dilakukan.
2. Tolerance for
ambiguity
Ketika kegiatan usahan dilakukan
mau tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan,
pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat,
maupun aturan legal formal. Wirausahaan harus mampu menjaga dan
mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder.
3. Vision
Wirausahaan yang berhasil selalu
memiliki cita –cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara
terukur. Visi merupakan filosofi,cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan
hidup dan wirausaha akan menerjemahkan kedalam tujuan,
kebijakan,anggaran, dan prosedur kerja yang jelas.
4. Tolerance for
failurer
Usaha yang berhasil membutuhkan
kerja keras, pengorbanan baik waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang
terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering
mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai
kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap
kegagalan usaha.
5. Internal
locus of control
Didalam diri manusia ada
kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri
sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang memiliki kemampuan untuk
mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan kehidupan,
persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan
meningkatkan tekanan kejiwaan baik mental, maupun moral dalam kehidupan
keseharian. Wirausaha yang mampu
mengendalikan dirinya sendiri
akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6. Continuous Improvement
Wirausaha yang berhasil selalu
bersikap positif, menganggap pengalaman sebagai sesuatu yang berharga dan
melakukan perbaikan terus menerus. Pengusaha selalu mencari hal-hal
baru yang akan memberikan manfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam
petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa
depan.
7. Preference for moderate
risk.
Dalam kehidupan berusaha,
wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam
menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko,
yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk
(orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang
memiliki sifat suka menghidari risiko). Pada umumnya wirausaha yang berhasil
memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di
mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang
matang, hal ini sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami
kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan
tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan
lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998).
8. Confidence in their ability
to success
Wirausaha umumnya memiliki
keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri sendiri untuk berhasil.
Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal dengan baik
dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang
keberhasilan dan optimis, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan
kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan
menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.
9. Desire for immediate
feedback
Perkembangan yang begitu cepat
dalam kehidupan usaha menuntut wirausaha untuk cepat mengantisipasi
perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada
umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan
balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat
dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi
perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia
bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10. High energy level
Wirausaha pada umumnya memiliki
energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan
dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi
yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus
ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya,
ulet tekun dan tidak mudah putus asa.
11. Future orientation
Keuntungan usaha yang tidak pasti
mendorong wirausaha selalu melihat peluang, menghargai waktu dan
berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat
apa yang akan dilakukan sekarang dan besok, tidak begitu mempersoalkan
apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggul selalu
berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja
usaha.
12. Skill at organizing,
Membangun usaha dari awal
memerlukan kemampuan mengorganisasi sumberdaya yang dimiliki berupa
sumber-sumber ekonomi berwujud maupun sumber ekonomi tak berwujud untuk
mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam
melakukan organisasi baik orang maupun barang. Wirausaha yang
unggul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup
tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.
13. High Commitment.
Memunculkan usaha baru
membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja
dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan
tersebut guna keberhasilan cita-citanya. (Scarborough, et.all,
2006) mengungkapkan langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkatkan
kreativitas pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”.
14. Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam
dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha,
bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega
seperti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain,
kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi
wirausaha yang unggul. Oleh karena itu, pendidikan
kewirausahaan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan dampak
dalam mendorong minat mahasiswa untuk berwirausaha.
Pola pembelajaran kewirausahaan
minimal mengandung empat unsur (Eman Suherman, 2008) ditambah satu
unsur (Farzier and Niehm, 2008), sebagai berikut:
- Pemikiran yang diisi oleh pengetahuan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan.
- Perasaan, yang diisi oleh penanaman empatisme social-ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu.
- Keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirausaha. Oleh karena itu dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik dengan teknik produksi dan manajemen.
- Kesehatan fisik, mental dan sosial. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa persoalan, masalah, maupun risiko lainnya sebagi wirausaha.
- Pengalaman langsung berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi mentor yang kemudian akan dijadikan role model bagi peserta didik.